Anik Muflihah, S. Pd |
Mendengar usul tersebut, baginda raja terdiam sejenak dan kemudian menerima. Lantaran adanya sayembara ini akan memberikan hiburan baginya serta seluruh rakyatnya.
Nantinya, pemenang sayembara akan mendapatkan hadiah berupa sepundi emas. Sedangkan bagi siapapun yang kalah akan mendapatkan hukuman, yakni memandikan kuda-kuda istana selama satu bulan.
Setelah Raja Harun Ar-Rasyid setuju, kemudian Abu Nawas dipanggil menghadap. Sebenarnya dalam hati Abu Nawas menolak, karena ia tahu bahwa ini semua akal buluh Abu Jahil. Tetapi, baginda raja memaksa sehingga tidak bisa menolak.
Seketika, Abu Nawas berpikir sejenak. Ia sangat yakin bahwa Abu Jahil pasti akan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk berburu hewan sebanyak mungkin.
Berbekal kecerdikannya dalam mencerna peraturan sayembara, raut muka Abu Nawas langsung berubah tersenyum riang. Abu Jahil yang turut melihat perubahan raut muka Abu Nawas pun turut penasaran, apa yang ia pikirkan.
Kemudian, raja pun menggiring keduanya ke alun-alun istana. Raja dan seluruh rakyatnya pun sudah berkumpul dan tidak sabar mengetahui siapa yang keluar sebagai pemenang.
Setelah semua siap, terompet kerajaan pun dibunyikan. Tanda jika sayembara dimulai.
Seakan tidak mau menyia-nyiakan waktu, Abu Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan. Sebaliknya, Abu Nawas justru sangat santai menaiki kudanya sehingga penonton berteriak.
Waktu pun berlalu, tidak terasa sore hari pun tiba. Artinya waktu berburu sudah selesai. Tidak lama, Abu Jahil datang bersama kudanya memasuki gerbang istana. Ia pun mendapat sambutan meriah karena terlihat puluhan hewan yang mati terpanah, hasil buruan Abu Jahil.
Tidak lama kemudian tibalah kuda Abu Nawas, semua penonton menertawakannya. Karena di kudanya tidak terlihat satu pun hewan buruan yang berhasil ditangkap. Tetapi Abu Nawas tidak tampak gusar sedikit pun. Ia justru tersenyum dan melambaikan tangan kepada penonton.
Selanjutnya, raja memerintahkan pengawalnya untuk menghitung hewan buruan kedua peserta. Abu Jahil mendapatkan puluhan ekor kelinci, lima ekor rusa dan beberapa babi hutan. Mendengar pernyataan pengawal, Abu Jahal pun sesumbar bahwa ia lah pemenangnya karena terlihat Abu Nawas tidak membawa satu pun hewan buruan.
Mendengar pernyataan Abu Jahal, Abu Nawas tetap terlihat tenang. Kemudian, Abu Nawas menerangkan lagi bahwa peraturan sayembaranya adalah semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya bukanlah jenisnya.
Kemudian Abu Nawas membuka bambu kuning yang berisi ribuan semut merah. Pengawal yang menghitung pun kewalahan dan tidak sanggup menghitung satu demi satu, karena jumlah semutnya mencapai ribuan.
Melihat kejadian tersebut, membuat Abu Jahil yang semula sangat sombong karena mendapat buruan banyak sontak tertunduk lemas dan tiba-tiba jatuh pingsan. Sedangkan baginda raja, tertawa terpingkal-pingkal, kemudian memberikan hadiahnya kepada Abu Nawas.
Melalui cerita di atas, kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang selalu baik terhadap sesama. Jangan sampai seperti Abu Jahil yang licik suka menjatuhkan sesama hanya demi menggapai suatu tujuan.
*)diolah dari berbagai sumber
*)disampaikan oleh Anik Muflihah, S.Pd